---
Lawan bicaranya terus berbicara, apa saja yang ingin dia katakan. Dia utarakan. Sembari memilih makanan yang ia tak suka untuk di taruh di pinggiran piring, menunduk dalam lalu menyuapkan nasi ke mulutnya dengan malas. Kekenyangan.
Lawan bicaranya sesekali berhenti mengunyah, melihat ke sudut yang berbeda. Tidak benar-benar melihat, tidak benar-benar memperhatikan sesuatu. Dia memang suka begitu.
Lawan bicaranya menghela napas, berujar tentang makanan yang tak kunjung habis. Dan seseorang mulai menawarkan diri untuk menghabiskan. Selalu begitu.
Lawan bicaranya melarang. Kemudian melanjutkan dengan pelan. Sesekali lawan bicaranya bertanya tentang keseharian dan kesibukan ibu kota. Lalu, mengeluh karena kemacetannya.
Lawan bicaranya memang pandai berbicara. Dia menyadari ada seseorang yang diam-diam memandang kearahnya setiap kali ia sibuk dengan makanan dihadapannya.
---
Perbincangan dengan lawan bicara selalu menarik, setidaknya yang kurang menarik pun akan jadi sesuatu yang mau seseorang tunggu. Tapi, pujangga manapun harusnya paham yang tak saling dibicarakan, yang lawan bicara tak utarakan dan yang seseorang tak ungkapkan jauh lebih memiliki makna dengan kata yang tak mampu dibahasakan. Setidaknya sampai tulisan ini diakhiri.
--
Kuningan, 13 Juni 2018
11.48 WIB
aku, kursi panjang di ruang tengah, dan pikiranku.
0 komentar:
Posting Komentar